Penghapusan Aset Sekolah Dan Daring Dikeluhkan Pelaksana Pendidikan SMPN 2 Banyuresmi
Garut,-Buser Bhayangkara74,” Bagi pelaksana teknis pendidikan SMPN 2 Banyuresmi Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut, kendatipun dampak peristiwa musim banjir yang terjadi pada tahun 2016 lalu, dengan adanya penghapusan sebagian aset kesenian oleh pihak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), ternyata malah berujung dengan keluhan terhadap pemerintah. Bahkan keluhannya terhadap pemerintah, pada saat ini ditambah dengan kendala belajar para peserta didik via Daring internet.
Berdasarkan data Rekap 29 September 2020, jumlah perserta didik di SMPN 2 Banyuresmi yang beralamat di Jl. K.H. Umar Basri No. 696 Cikarokrok, RT.02, RW.05, sebanyak 324 siswa, terdiri dari 186 laki-laki dan 138 perempuan. Dengan para pendidiknya sebanyak 22 guru, dan 5 Tendik.
Sebenarnya menurut salahseorang pelaksana teknis pendidikan disatuan pendidikan tersebut, Sadiah, M.Pd menyampaikan, jumlah keseluruhan siswa tersebut, jumlahnya berkurang, dibandingkan sewaktu di SMPN ini masih ada alat-alat kesenian, berupa alat-alat degung, dan marching band, para peserta didik lebih dari jumlah sebagaimana yang disebutkan.
Soalnya, ujar Sadiah, salahsatu pendorong minat para siswa sekolah ke sini, adalah dengan adanya pendidikan ekstra kurikuler kesenian, seperti kesenian drum band, sering dipentaskan ketika ada peringatan hari-hari besar nasional di Kantor Kecamatan yang merupakan pendorong para peserta didik dari sekolah dasar untuk melanjutkan ke SMPN 2 Banyuresmi.
Kenyataan itu, katanya, seiring dengan tidak adanya alat-alat kesenian di sekolah kami pada tahun 2016 ruang tempat penyimpanan alat-alat kesenian terendam banjir, akibatnya alat kesenian berupa kesenian degung dan marching band rusak.
“Ternyata, berdampak pula terhadap Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), peminatnya berkurang,” ungkap Sadiah.
Padahal, keluhnya, pihak sekolahpun tak tinggal diam, lalu melaporkannya ke pihak-pihak terkait. Kemudian pada akhir tahun 2016, alat-alat tersebut ditarik oleh DPPKA dengan penghapusan aset sekolah.
“Akan tetapi, sampai saat ini, sudah 4 tahun lamanya, terhitung dari tahun 2016, alat-alat kesenian degung dan marching band, belum digantikannya,” sambung Kepala SMPN 2 Banyuresmi, , Sri Dewi Purmanawati, S.Pd., M.M.
Padahal, ujarnya, pihak sekolah telah dua kali mengajukan proposal kepada pemerintah. Namun, hingga saat ini belum ada jawaban, sebagaimana yang diharapkan oleh warga sekolah.
Biasanya, imbuh Sri Dewi, ketika pemerintah mengambil peralatan kesenian dengan sekaligus menghapus aset sekolah via DPPKA, tak lama kemudian diganti dengan peralatan yang baru. Seperti halnya dengan beberapa computer yang rusak, setelah ditarik oleh DPPKA dengan penghapusan aset, tak lama kemudian segera digantinya.
Kalau dari awal tahu, ucapnya, tidak akan ada jawaban, maka pihak sekolah tidak akan menyerahkan peralatan kesenian itu ke DPPKA untuk penghapusan aset.
“Alat-alat itu akan kami perbaiki,” katanya.
Di samping keluhan tersebut, Kepala SMPN 2 Banyuresmi menambahkan, sesungguhnya, selain keluhan itu, di satuan pendidikan kami, masih terkendala belajar via internet, karena lemahnya sinyal yang menjangkau keberadaan sekolah, ditambah tidak semua siswa memiliki Hp android.
Maka dari itu, aku Sri Dewi, pihak sekolah, demi lancarnya para siswa melaksanakan Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM) di tengah wabah virus Covid-19, di satuan pendidikan kami, selain melaksanakan Daring internet, kami juga melaksanakan KBM via Luring dengan pengambilan materi pembelajaran oleh para orang tua siswa, langsung ke sekolah.
Untuk itu, pungkasnya, harapan kami kepada pemerintah, mudah-mudahan saja secepatnya ada penanganan yang khusus dari pemerintah.
(Bambang Garut).