Kendari – Secara alami pemeliharaan sagu disadari bahwa secara ekonomis tidak menguntungkan, bisa dibayangkan, sagu dipelihara 15 tahun baru bisa diolah, setelah diolah hasilnya paling 150 ribu, Namun karena sagu makanan pokok orang kendari maka pelestarianya tetap dipertahankan.
Sekot Kendari Alamsyah Lotunani, SE, M.Si menjelaskan bahwa terkait dengan upaya pelestarian sagu Penkot Kendari telah menetapkan langkah strategis terkait pelestarian sagu yakni pendekatan pola terintegrasi dengan program yang lain.
Untuk mewujudkan pola pelestarian sagu secara terintegrasi maka, Alamsyah menambahkan bahwa saat ini Dinas Pertanian lagi diarahkan untuk mendata lahan-lahan marjinal untuk wilayah pertanian yang tidak bisa di tanami tanaman Holtikultura.
Alamsyah mencontohkan bahwa lahan-lahan marjinal yang dimaksudkan antara lain seperti lahan rawa, itulah yang di kapling untuk pelestarian tanaman sagu, pungkasnya 13-8-2017.
“Bisa dibayangkan kalau kawasan pelestarian sagu didesain menjadi lokasi pemancingan ikan dan di sekitarnya ditanami tanam-tanaman Holtikultura berupa buah-buahan, Dengan kondisi tersebut tentu pengembangan dan pelestarian kawasan sagu akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyakat, Betapa tidak mari kita ambil contoh satu kawasan.
Pelestarian sagu tidak usah dijadikan lokasi pemancingan, cukup dilepaskan ikan nilan, Selama 15 tahun sesuai usia produksi sagu baru bisa diolah. Pertannyaan adalah berapa kali nilan bisa dipanen selama 15 tahun dan apakah itu tidak akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat?, “Jawabannya pasti akan sangat berkontribusi terhadap pendapatan masyarakat,” Tegasnya.
” Boy Wakatobi*