
SISI GELAP DIBALIK MAHALNYA KOPI LUWAK, MIRIS
Buser Bhayangkara 74, Jakarta – Kopi menjadi salah satu minuman paling favorit masyarakat dunia. Terlebih dengan berbagai olahan, kopi menjadi ikon dari gaya hidup modern dari zaman ke zaman yang dipercaya mampu meningkatkan stamina dalam berbagai aktifitas.
Yang termahal dari semua olahan kopi adalah jenis kopi Luwak atau kopi yang diambil dari kotoran Luwak, Binatang yang diberbagai daerah dikenal dengan sebutan Musang.
Namun sayangnya, dari kenikmatan harga kopi Luwak yang terbilang mahal ini, ada sisi gelap Industri kopi Luwak yang membuat miris Pecinta Kopi. Sisi gelap ini jadi cerita kelam bagi perkembangan Luwak di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Berikut Sisi gelap industri Kopi Luwak yang dirangkai redaksi Buser Bhayangkara 74 dari situs Boombastis. Berikut ulasannya:
Minuman masyarakat miskin yang dipekerjakan paksa oleh Belanda
Jika berbicara kopi luwak, sejarah tak bisa melepaskannya dari zaman kolonial Belanda. Budaya minum kopi ketika itu memaksa para kolonial untuk mengambil bibit kopi dari Yaman, kemudian mempekerjakan masyarakat secara paksa untuk menanam dan memanennya. Kopi ini kemudian ditanam di Sumatra dan Jawa yang tanahnya dianggap subur.

Karena ingin menimati rasa kopi, masyarakat pekerja miskin memungut sisa kotoran luwak yang tersebar di kebun. Kopi yang masih berbentuk biji itu dibersihkan dan diolah lagi. Ternyata, rasa yang dihasilkan luar biasa enaknya. Sejak saat itu, kopi luwak barulah menjadi tren.
Rasa yang enak karena luwak menyeleksi makanannya
Jika kamu bertanya, mengapa kopi yang berbentuk kotoran bisa menjadi nikmat. Jawabannya karena musang kelapa atau luwak benar-benar menyeleksi kopi yang ia makan. Hewan tersebut hanya memilih kopi yang benar-benar matang saja. Biji kopi yang keras dan tidak bisa dicerna membuat ia mengeluarkannya dalam kondisi utuh.

Proses fermentasi alami di dalam pencernaan luwak-lah yang menciptakan rasa yang khas dan enggak sepahit kopi pada umumnya. Meski merupakan hasil uji coba rakyat jelata, sekarang kopi luwak dijual dengan sangat mahal loh, di Amerika bahkan bis dibanderol dengan harga 10 jutaan per kilonya. Saking terkenalnya, fakta ini bahkan masuk dalam Guinness Book of Records.
Populer tapi menuai kontroversi, terutama soal konservasi lingkungan dan kesejahteraan satwa
Karena tergoda dengan harga jual yang mahal, banyak orang yang membuka bisnis melalui kopi luwak. Mereka memilih membudidayakan luwak agar memakan dan menghasilkan kopi melalui kotorannya daripada mengambil dari luwak liar. Cara ini dikecam oleh para pecinta satwa karena mengabaikan kesejahteraan hewan. Mereka memaksa luwak memakan kopi sehingga membuat hewan tersebut stress, kurang gizi, bahkan mati.

Produksi kopi luwak besar-besaran malah dianggap mengeksploitasi hewan tersebut. Seperti dilansir dari Kompas.com, Menerapkan cara ini membuat populasi luwak menurun karena tersiksa, selain itu kualitas kopi luwak juga tidak sebagus yang dimakan oleh luwak liar.
Pedagang nakal menggunakan cara dengan menjual kopi palsu
Seorang pedagang yang mempopulerkan kopi ini bahkan mengaku menyesal jika hal yang ia lakukan ternyata membahayakan makhluk hidup lain. Ia bahkan membuat surat permohonan kepada situs Guardian untuk menghentikan perdagangan yang telah dimulainya pada tahun 1991 ini.

Di tengah kesulitan ini, mahalnya penangkaran serta sulitnya mendapat biji kopi yang asli membuat banyak pedagang melakukan hal curang dan nakal. Mereka memasarkan kopi yang ‘katanya’ luwak tapi tidak berasal dari kotoran musang. Ya, dapat ditebak seperti apa hasilnya, effort minim bahkan tak perlu berusaha, namun keuntungan yang dikeruk berkali-kali lipat.
Mengetahui fakta dari sisi gelap industri Kopi Luwak ini jelas sedih rasanya, sebab makhluk hidup yang seharusnya bisa bebas di alam liar harus ditangkap dan dipaksa memakan kopi demi kesenangan manusia. Bayangkan saja, kalau sesuatu yang kita anggap nikmat ternyata diperoleh dengan kekerasan terhadap binatang.
Editor : Red/Buserbhayangkara74.